Langsung ke konten utama

saya becanda, anggap saja serius

Percaya dengan malaikat penjaga yang selalu ada bersama kita, walau kasat mata, konon itu beneran ada.
Gw? Hmmmm.. percaya selama malaikat penjaga gw seganteng lee min ho, atau junior liem, atau adam levine atau sederajat lah kegantengannya darti yang disebutkan barusan. Hahaha (kampret)

Tapi sekarang gw mau mencoba untuk percaya bahwa malaikat penjaga benaran adanya.
Bisa dibayangkan sudah berapa malaikat yang resign dan kabur ketika menjaga hari2 gw. Malaikat yang nangis, memohon buat di pindahin atau di mutasi jadi jagain anak dugong aja ketimbang ngejagain gw.

Seorang yang tidak tau akan berbuat apa, tidak sinkron antara mata, hati dan otaknya. Seorang yang unbtuk merindu saja, bingung. Karna rindunya ini sebenarnya untuk siapa. Seorang yang luar biasa kebingungan ketioka ditanya "mau lo apa?" karna bener2 gak tau apa yang di inginkan sekarang ini. Seorang yang jika ditanya untuk memilih dari pilihan yang ada, bahkan tidak petnah serius untuk memikirkan pilihannya, atau bahkan tidak perna bisa melihat apa keharusannya untuk memilih?
seorang yang jika ditanya 'mau milih yang mana nih jadinya?' Dan akan menjawab 'lah kenapa harus milih?'
Seorang yang terlalu banyak pikiran, berlebihan malah. Sehingga, untuk memulai saja bingung musti keluarin jalan yang mana.
Seorang yang menganggap dirinya tidak membutuhkan siapa2. toh hidupnya sudah sebatang kara. Untuk apa sih memikirkan orang lain?
Aih busuk sekali ya.

Dan malaikat itu hanya sekedar melihat dari sampinng, membuat ancang2 untuk berdiri. Kemudian duduk lagi. Dan tanpa tendeng aling2 (ini maksutnya apa sih? tapi keren aja yak 'tendeng aling2' hahahahahs) harus berlari kencang me jaga sang tuan yang tak bertuan.

Ini sebenernya gw nulis apaan sih. Gak jelas banget.
Semoga gak ada yang baca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

saya bersyukur, saya ada :)

sebenernya judul ini pelesetan dari cogito ergo sum "saya berfikir, maka saya ada" suatu quote yang masih gw ingat dari filsuf ternama, Descartes . kali ini gw mau berfilsafat, ala Reni Anggraeni. ala Rhendmithy. *ketawa ngikik* kemarin tepatnya, saat naik angkot atau kreta (*lupa) gw kerasukan roh kayaknya. kali ini roh yang merasuki gw sejeni roh yang baik hati dan tidak sombong serta rajin mengaji dan berbakti kepada masyarakat sekitarnya gw rasa. tiba-tiba gw kepikiran akan rasa "Syukur".. ya! rasa syukur. gw.. (*ehem) termasuk orang yang (*ehem) kurang bersyukur sepertinya (*jujur bok!) makanya rada-rada aneh binti syok pas kemaren kepikiran hal itu, ya.. gw sebut ini sebagai "kerasukan" karna ini bukan gw banget. its really not a real me! kemarin gw kepikiran.. begitu beruntungnya gw.. gw masih bisa berjalan dengan kaki yang utuh dan seksi.. gw masih bisa bernafas dengan hidung gw yang mancung sempurna.. gw masih bisa melihat dengan mat

kangen

setiap raga ini lelah menghadapi ruang dan waktu seharusnya raga ini hancur berkeping seharusnya raga ini lebur seharusnya raga ini mati tapi selalu ada perisai yang setia melindungi dari sengatan sang tekanan perisai yang amat kuat perisai yang selalu ada tanpa saya menyuruhnya untuk berdiri tegap melindungi raga perisai yang juga dapat membuat hari bergembira perisai yang saya sayangi perisai yang lebih dari sekedar perisai perisai yang juga bagian kekuatan hidup saya.. teman-teman filsafat yang ku sayangi.. terimakasih atas perlindungan kaian terhadap raga saya yang rapuh ini mungkin tampa kalian raga ini akan mudah lapuk kalian sumber kekuatan terbesar saya untuk menantang sang tekanan kalian adalah bagian yang selalu saya rindukan.. selalu ada kata kangen jika ingat kalian.. dan sekarang kata itupun kembali hadir selalu hadir.. kangen kalian, filsafat 2007..

aku masih abu

Sore ini turun hujan. sudah sekian lama hujan tidak turun belakangan waktu ini. hujan, berarti dengan terpaksa aku harus memesan gocar/grabcar menuju rumah dari stasiun rawabuntu. driver sore ini menyetel lagu Audy. cukup langka dalam ukuran selera, seorang laki2 dengan umur diatas 50tahun (kelihatannya) menyetel lagu2 Audy dan berdendang dalam denguman pelan, tapi tetap bisa aku dengar. sore dengan hujan adalah perpaduan sempurna dalam menciptakam macet yang berkepanjangan. dalam macet dan hujan, si bapak driver mengendarai mobilnya dengan sedikit kesal. "tskk, macet banget" gumamnya entah berguman sendiri atau menunggu respon yang sama padaku yang duduk canggung dibelakangnya sambil melihat kearah jendela samping. disela2 suara air yang jatuh di kap mobil, entah kenapa sore ini begitu terasa lambat. isi kepala bagaikan bisokop yang memutar potongan2 film usang. entah apa tujuannya semua itu. hanya membuat aku mengingat hal2 yang sebagian ingin aku lupakan dan kucoba kubur