Jangan tanyakan. Aku masih ingin tubuh itu. Aku masih ingin senyum itu. Aku masih ingin hangat peluk itu. Aku masih ingin dia. Dia. Yang selalu tersenyum jika bertemu. Yang selalu tertawa untuk meluruhkan lara. Yang selalu menyemangati ketika nyaris menyerah. Yang selalu mengucap sayang karena merindu. Yang selalu bersemangat ketika bercerita. Yang selalu tidak pernah bosan menghabiskan waktu berlalu. Yang selalu ada dan setia menunggu jam pulang kantor. Yang selalu ada aku di matanya. Aku ingin dia saat itu. Dia yang dulu. Dia yang saat itu kekasihku. Dia yang dulu hanya ada aku di harinya. Ahh.. sepertinya, aku harus menunggu agak lama untuk bertemu dengannya lagi. Mungkin dengan raga yang berbeda tapi dengan rasa yang sama dan bertahan sampai akhir dari raga. Aku bisa menunggu. Asal jangan tanyakan kenapa. Kenapa harus dia. Dia yang dulu.
sedikit malas sebenarnya, tapi hasrat ingin membagi terlalu besar di bandingkan kemalasan.. dan hasilnya adalah ini. bukan sesuatu yang berharga apa lagi menarik. ini hanya sekedar cerita. mirip kaya kentut, bau tapi ngangenin. apa mirip abang-abang tukang siomay?, walopun siomaynya ga enak, tapi tetap di nanti. halah..