1
Pada akhirnya, pelukan itu ternyata tidak berbekas sama sekali di ingatanmu. Kamu acuhkan jalan dimana kita pernah terbang bersama dulu. Tanpa ragu meninggalkan aku yang masih menangis marasakan luka terjatuh tadi.
2
Kamu tau, kosong yang telah hadir ini terlanjur menempel dan memaku lekat-lekat antara perih dan luka. Kini menjelma sempurna menjadi candu. Masokis, mungkin ini inginmu
3
Terlalu sempurna jika ini dinamakan cinta. Maka akupun menyebutnya sebagai maha perasa. Hanya kita yang merasa, bukan cinta.
4
Terlalu angkuh rasanya, hingga tak ada lagi ragu untuk mengalamatkan setiap pertanda untukku. walau ternyata tidak ada satupun tertulis namaku. Aku tamak sekaligus takut akan rasa ini.
5
Ingin aku dekap dalam-dalam hingga sesak. Agar kamu menjadi DIAM dalam hangat rapuhnya ruas-ruas rusuk ku
6
Kini asa tinggal sepihak. Karna kamu dengan senang hati telah membuangnya. Kamu tidak segigih kemarin, kamu menyerah sebelum api membakar dan menjadikannya tiada. Kapan kamu benar-benar pergi?
7
Bersenandung dengan takdir. Jadikan layaknya kawan. Kawan yang menikam dan memberi kepedihan. kawan?
Karna ia tanamkan iklas. dimana Aku adalah batu dan dia sebagai pemecahnya. Terimalah jalanmu, serunya.
8
Perkaranya. Kini senjapun enggan menampakan keindahannya lagi, karna malam sudah urung untuk merindu. Siang merajai dengan angkuh melalui sinarnya. Menyiksaku yang terpasung kehausan. Haus tanpa malam
9
Aku jatuh cinta kepada kedalaman samudra. Kepada dingin dan gelapnya. Kepada jahat dan mematikannya. Kepada sesak dan sekaratnya. Aku jatuh cinta sekali lagi. Walau seolah menyentuh diri kepada ketanpadasaran bumi.
10
Aku sedikit mengerti perih dan rindunya orang yang mencinta. Dimana setiap pagi hanya teringat sosok perindu dan setiap malam di tutup oleh bayangan lembut sang pujaan yang tak pernah tau darimana datangnya tangkai penuh bunga doa perlindungan.
11
Ini lebih dari sekedar asa yang bertahan dari tamparan sang takdir. Ini keyakinan yang sudah sangat erat melekat. Ini semua tentang kamu yang sedang aku perjuangkan untuk masuk menjadi kita. Tuhan.. izinkanlah..
12
Aku mulai berlabuh di samudra merah marun ini sendirian. Pada langit yang temaram. Ombak nakal yang sesekali mengejutkan. Dan kamu sang matahari yang tiada hentinya aku tuju.
13
Lagi-lagi langit menyisakan sudut abu-abu dengan sedikit sentuhan jingga di tepiannya. Selalu begitu. Kesukaanku. Dan dengan sudut yang masih tersisa itu aku bertahan. Demi sang jingga bernama senja.
saat ini, detik ini. mungkin segalanya terlihat sempurna. dengan bulan dan bintang yang bercahaya. bermain bersama sang angin malam, tanpa memperdulikan awan yang hilang ditelan kegelapan.
BalasHapus-A-
kerja lu kerjaaaaa!!!!!
BalasHapus