Langsung ke konten utama

aku...kamu

Jadi, bagaimana mungkin perasaan seseorang akan berubah secepat itu?

Saya bukan orang yang suka memaksa. Tapi dalam hal ini saya amat sangat memohon..

Jangan tinggalkan, jangan lupakan, jangan hancurkan, jangan berpaling, jangan menyerah, jangan pergi....

Menyedihkan sekali ya..
Ternyata saya tidak cukup indah dari satu pemandangan. Tidak cukup berharga dari keluarga. Tidak cukup menyenangkan dari sekedar teman2 baru.

Ya. Saya banyak menuntut. Banyak menyinggung. Banyak cemburu. Banyak ngambek. Itu karena saya sudah banyak sayang. Banyak rindu. Banyak harapan.
Tapi ternyata takaran banyak kita jauh sekali ya..
Terlalu timpang....

Sedih rasanya melihat orang yang kamu harapkan untuk hidup bersamanya. Tersenyum bukan karena kamu. Nyaman bukan dengan kamu. Tertawa bukan karna candaanmu. Menghabiskan waktu bukan denganmu dan merindu tidak kepadamu.

Tapi lebih sedih lagi kalo dia bersamamu, tapi tidak bahagia..

Benar kata Paulo Coelho.. kamu harus mengerti kebebasan ketika mencinta.
Bebaskan dia yang kamu cintai. Untuk bahagia dengan caranya sendiri.

Tapi tetap. Untuk saat ini, saya masih ingin bersamanya, mendenger suaranya,  melihat senyumnya, menatap matanya, memeluknya dan katakan bahwa.. tetaplah bersamaku dan kumohon berjuanglah bersama dengan modal bahagia kita.. tapi, sungguh egois.

Memaksakan perasaan sama sepertinya memakai sepatu 2 nomor lebih kecil. Modelnya bagus, tapi kesempitan. Sakit dan bikin penyakit. Setiap langkah hanya nyeri yang didapat. Dan saya tidak mau jadi sepatu ukuran kecil seperti itu. Saya ingin menjadi kaos oblong yang nyaman. Walaupun kebesaran, kekecilan dikit, bolong2, tapi tetap di pakai dengan nyaman.

Kalau kita jodoh. Pasti kita akan dipertemukan lagi dengan perasaan yang lebih besar, menyanyangi satu sama lain dan akan berjuang sampai akhir.

Doaku untuk kita. Semoga berbahagia..


Tapi,
Entah sampai kapan sesak ini ada.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

saya bersyukur, saya ada :)

sebenernya judul ini pelesetan dari cogito ergo sum "saya berfikir, maka saya ada" suatu quote yang masih gw ingat dari filsuf ternama, Descartes . kali ini gw mau berfilsafat, ala Reni Anggraeni. ala Rhendmithy. *ketawa ngikik* kemarin tepatnya, saat naik angkot atau kreta (*lupa) gw kerasukan roh kayaknya. kali ini roh yang merasuki gw sejeni roh yang baik hati dan tidak sombong serta rajin mengaji dan berbakti kepada masyarakat sekitarnya gw rasa. tiba-tiba gw kepikiran akan rasa "Syukur".. ya! rasa syukur. gw.. (*ehem) termasuk orang yang (*ehem) kurang bersyukur sepertinya (*jujur bok!) makanya rada-rada aneh binti syok pas kemaren kepikiran hal itu, ya.. gw sebut ini sebagai "kerasukan" karna ini bukan gw banget. its really not a real me! kemarin gw kepikiran.. begitu beruntungnya gw.. gw masih bisa berjalan dengan kaki yang utuh dan seksi.. gw masih bisa bernafas dengan hidung gw yang mancung sempurna.. gw masih bisa melihat dengan mat...

orphan

hh.. hampir setiap pagi saya menangis, mengingat sosok orang tua yang kini fisiknya tidak lagi nyata. banyak kekecewaan, kehampaan, kesedihan, bahkan saya nyaris putus asa 2 bulan terakhir ini. tidak ada semangat untuk hidup lebih lama dan mencari tumpukan berlian. tidak ada lagi penyemangat untuk itu. tidak adalagi suara merdu yang membangunkan saya untuk solat di waktu subuh. tidak ada lagi tangan lembut yang membelai wajah dan rambut ini ketika lelah menghampiri. tidak ada lagi sandaran hangat untuk sekedar menangis dan bercerita. tidak ada lagi senyum indah yang senantiasa menenangkan ketika raga ini mulai bosan dengan dunia. tidak ada lagi.. rindu sekali. amat sangat rindu.. rasanya rindu ini bagaikan candu. bagai udara yang harus saya hirup untuk bernafas dan tetap hidup. tapi di saat diri ini mulai mendekati titik pasrah san menyerah, selalu saja ada sosok penggembira dan penyemangat. seperti infus yang membantu pasien di rumah sakit. mereka selalu saja bisa m...

17 feb 2017

Ijinkan aku untuk berpuisi, sekedar membuat barisan kata kata perwakilan isi hati. Ijinkan aku sendiri, sejenak saja tanpa tatapan buruan khas-mu yang selalu berhasil memangsaku. Ijinkan aku untuk menangis terisak isaknya, bersedih sesedih sedihnya lalu aku akan tertawa kembali karna ceriamu. Ijinkan aku bercerita tentang aku dan duniaku yang mungkin membosankan bagimu. Ijinkan aku sekedar menyapa teman lamaku, atau sekedar membalas sapaannya dan membagi kebahagiaan dengan mereka. Ijinkan aku menjadi diriku sendiri, yang selalu tampak ceria namun senang menyendiri, berkata kasar namun tidak berhati dengki 17 feb 2017